20 Sep 2012

Bintang Berkedip Bulan Tersenyum

  By : Nurul Rachmawati
  
    Disuatu malam yang sunyi ini. Aku hanya berdiam diri dan bersandar tanpa alas di bawah pohon yang rindang. Malam ini, aku menatap bintang yang berkedip dan bulan yang tersenyum seakan mereka sahabatku sendiri.
    Disaat aku menatap beberapa bintang hanya ada satu yang berkedip di langit gelap itu. Dan aku bertanya-tanya...

    “Hai bintang, mengapa hanya engkau yang berkedip? Mengapa temanmu yang lain tidak?”
    Aku menunggu lama jawaban darinya. Sampai-sampai, aku tertidur pulas. Tak beberapa lama aku bangun dari tidurku. Tetapi, bintang yang aku tanya itu tak juga menjawab. Lalu, aku berganti tanya kepada bulan.
    “Hai bulan, mengapa bintang yang tadi aku tanya tidak menjawab pertanyaanku? Apakah dia sedang tidur? Atau memang tak ingin menjawab pertanyaan dariku?”
    Akan tetapi, bulan pun sama. Dia sama sekali tidak mengatakan satu kata bahkan kalimat padaku. Aku tetap terdiam. Dan aku tetap menunggu jawaban dari mereka. Selang beberapa lama, terlihat dari langit sebutir kertas berwarna putih berkilau yang turun dan jatuh tepat di kedua tanganku.
    Aku buka kertas itu perlahan dan ternyata kertas itu adalah kertas dari bintang. Kertas itu berisikan jawaban dari bintang bahwa dia berkedip agar semua orang melihatnya tampak bintang yang amat paling indah diantara yang lain. Tetapi, kenapa dia hanya berkedip satu kali? Aku semakin bertanya-tanya.
    Lalu, aku balas jawaban dari bintang yang berkedip itu.
    “Tetapi, kenapa engkau hanya berkedip satu kali? Apa engkau lelah?”
    Tak disangka terdengar sebuah bisikan yang lembut ditelingaku. Ternyata itu suara bintang yang menjawab pertanyaanku.
    “Aku berkedip satu kali hanya karena engkau menatapku. Jika engkau tidak menatapku beberapa lama aku tidak akan berkedip.”
    Hatiku amat senang mendengar perkataan darinya. Tiba-tiba, terdengar suara bisikan yang lembut lagi ditelingaku. Ternyata, itu suara bulan yang juga berkata padaku.
    “Alya, taukah kamu mengapa aku tersenyum? Karena, engkau juga menatapku. Mungkin jika engkau tidak menatapku. Aku tidak akan tersenyum padamu.”
    “Benarkah itu bulan?” jawabku seakan tidak percaya.
    Tetapi, bulan tak lagi menjawab. Apa yang terjadi? Mengapa bulan dan bintang hanya berkata padaku satu kali? Mengapa tidak berkali-kali? Aku semakin heran.
    Lalu, aku berdiam diri. Aku melamun. Melamunkan mengapa mereka hanya berkata padaku satu kali? Apakah mereka sedang terlelap seperti bintang yang lainnya?. Entahlah... mungkin suatu saat atau suatu hari mereka akan berkata padaku lagi.
    Tak disangka, aku membuka kedua kelopak mataku. Dan ternyata itu hanya “mimpi”.
    “Bintang dan Bulan, engkau bagaikan teman mimpiku.” Batinku dalam hati.

“TAMAT”

2 komentar: