16 Jan 2016

Koma

Kenangan memang hanya bisa dikenang. Tak bisa diulang. Hanya bisa diingat dalam balutan memori. Waktu terus berputar. Terkadang orang menyesal karena mereka tak melakukan apa yang selayaknya mereka lakukan "dulu". Apalagi bila mereka telah kehilangan orang terkasih selamanya. Hanya dapat menitikkan bulir-bulir air mata tanpa berbuat apa-apa. Layaknya orang bodoh.
Hanya bengong mengenang kejadian masa lampau saat bersama orang terkasih. Akan tetapi, hal itu dapat menjadi pelajaran terbesar bagi saya. Agar semakin dekat dengan-Nya. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Mungkin dari mengingat-Nya saya dapat sekaligus mendoakan orang terkasih atau saudara sesama muslim yang telah tiada di muka bumi ini.
"2 tahun 10 bulan sudah kau meninggalkanku. Meninggalkan orang tuamu. Saudaramu. Sahabatmu.  Tanpa pesan terakhir untukku, kau pergi dengan ketenangan. Mudah-mudahan kau tenang di sana. Aku. Kedua orang tuamu. Saudaramu. Sahabatmu. Akan selalu mendoakanmu di sana hingga kami semua menyusulmu"
Dalam sudut pandang saya, hidup seperti sejejer kalimat yang diimbuhi tanda baca koma, titik, seru, tanda tanya. Semisal tanda tanya. Hidup penuh tanda tanya yang kita tak akan tahu apa yang akan terjadi besok? Tanda seru. Hidup penuh dengan keseruan. Tantangan. Dan kita berhak melakoninya. Titik. Hidup kita tiba-tiba dapat berhenti. Takdir "pemberhentian hidup" seolah dekat dengan kita. Kontrak hidup kita dengan-Nya seolah akan habis seiring bertambahnya waktu. Dan inti pokok dari postingan ini adalah koma, yang dapat diartikan seolah hidup terus berjalan. Koma tak dapat dibaca membalik, pasti kita membacanya terus berkelanjutan. Ia hanya berfungsi sebagai penerus kata dan penyambung kata. Seperti halnya hidup yang tak dapat berjalan membalik, tetapi terus memutar ke depan. Biarlah yang lalu hanya kenangan terindah yang terus disimpan dalam memori hingga akhir hayat ini.

*for my best sister ever

0 komentar:

Posting Komentar